Kutipan Terbaik dari Novel ‘RINDU’ karya TERE LIYE
20
Wednesday
Apr 2016
544 halaman! Novel Penuh sejarah kerinduan. Sudah baca?
Wow,, ini on fire banget akunya pengen nulis soalnya habis nyelesain
baca buku karangan Tere Liye. Hehe. Keburu lupa. Biar enggak lupa aku save di memori blog aja
deh. Ini buku Judulnya Rindu. Mungkin sudah banyak dari kalian yang
sudah khatam membaca buku ini. Kalau aku sendiri butuh waktu lebih lama
karena sengaja meluangkan waktu baca di hari sabtu-minggu saja. Cz aku
tipikal orang yang cepet lupa kalau baca buku sedikit sedikit di
sela-sela waktu sehingga aku perlu meluangkan sharian untuk baca buku.
Oke, seperti dalam novel novel sebelumnya, Tere Liye selalu menyisipi
novelnya dengan kata-kata atau kalimat yang indah. Dan, itu yang aku
suka tentang penulis ini. Sering kan kita mengutip kata-katanya yang
indah buat updet di whatsapp, BBM, facebook, ato twitter,,? (Eh malah
curhat) heheh.. J
Dan tentu saja, saya juga punya kutipan favorit dalam novel ini.
Sebelum itu, novel ini bercerita tentang banyak hal. Ada tentang masa
lalu yang itu sangat memilukan, ada juga tentang kebencian, cinta
sejati, tentang masa lalu dan ada juga tentang kemunafikan.
Baiklah, kalau masih ada yang penasaran dengan penampakan novel Tere Liye Berjudul RINDU ini, berikut saya fotoin covernya.
cover depan novel RINDU karya Darwis Tere Liye
Ini dia Quote atau pun kutipan Favorit Versi saya:
“Saat kita memutuskan memaafkan seseorang, itu bukan persoalan apakah
orang itu salah, dan kita benar. Apakah orang itu memang jahat atau
aniaya, bukan! Kita memutuskan memaafkan seseorang karena kita berhak
atas kedamaian di dalam hati.”
- Tentang Keikhlasan
“Saat kita tertawa, hanya kitalah yang tahu persis apakah
tawa itu bahagia atau tidak. Boleh jadi, kita sedang tertawa dalam
seluruh kesedihan. Orang lain hanya melihat wajah. Saat kita menangis
pun sama, hanya kita yang tahu persis apakah tangisan itu sedih atau
tidak. Boleh jadi kita sedang menangis dalam seluruh kebahagiaan. Orang
lain hanya melihat luar.”― Tere Liye, Rindu
2. Tentang Masa Lalu
Ini kutipan pelipur lara buat kalian yang sedang gundah gulana. Hehe J
“Cara terbaik menghadapi masa lalu adalah dengan
dihadapi. Berdiri gagah. Mulailah dengan damai menerima masa lalumu.
Buat apa dilawan? Dilupakan? Itu sudah menjadi bagian dari hidup kita.
Peluk semua kisah itu. Berikan dia tempat terbaik dalam hidupmu. Itulah
cara terbaik mengatasinya. Dengan kau menerimanya, perlahan-lahan dia
akan memudar sendiri. Disiram oleh waktu, dipoles oleh kenangan baru
yang lebih bahagia. Apakah mudah melakukannya? Itu sulit. Tapi bukan
berarti mustahil.”
― Tere Liye, Rindu
“Kita tidak perlu menjelaskan panjang lebar. Itu kehidupan kita.
Tidak perlu siapa pun mengakuinya untuk dibilang hebat. Kitalah yang
tahu persis setiap perjalanan hidup yang kita lakukan. Karena sebenarnya
yang tahu persis kita bahagia atau tidak, tulus atau tidak, hanya kita
sendiri. Kita tidak perlu menggapai seluruh catatan hebat menurut versi
manusia sedunia. Kita hanya perlu merengkuh rasa damai dalam hati kita
sendiri.
“Kita tidak perlu membuktikan apa pun kepada siapa pun
bahwa kita itu baik. Buat apa? Sama sekali tidak perlu. Jangan
merepotkan diri sendiri dengan penilaian orang lain. Karena toh,
kalaupun orang lain menganggap kita demikian, pada akhirnya tetapi kita
sendiri yang tahu persis apakah kita memang sebaik itu.” ― Tere Liye,
Rindu
cover samping Novel RINDU Tere Liye
“Kita tidak perlu membuktikan pada siapapun bahwa
kita itu baik. Buat apa? Sama sekali tidak perlu. Jangan merepotkan diri
sendiri dengan penilaian orang lain. Karena toh, kalaupun orang lain
menganggap kita demikian, pada akhirnya tetap kita sendiri yang tahu
persis apakah kita memang sebaik itu.” ― Tere Liye, Rindu
3. Tentang Cinta Sejati
“Apakah cinta sejati itu? Maka jawabannya, dalam kasus kau ini, cinta
sejati adalah melepaskan. Semakin sejati perasaan itu, maka semakin
tulus kau melepaskannya…Aku tahu kau akan protes, bagaimana mungkin?
Kita bilang cinta itu sejati, tapi kita justru melepaskannya? Tapi
inilah rumus terbalik yang tidak pernah dipahami oleh pecinta. Mereka
tidak pernah mau mencoba memahami penjelasannya.”
― Tere Liye, Rindu
“Lepaskanlah. Maka esok lusa, jika dia adalah cinta
sejatimu, dia pasti akan kembali dengan cara mengagumkan. Ada saja
takdir hebat yang tercipta untuk kita. Jika dia tidak kembali, maka
sederhana jadinya, itu bukan cinta sejatimu. Kisah-kisah cinta di dalam
buku itu, di dongeng-dongeng cinta, atau hikayat orang tua, itu semua
ada penulisnya. Tapi kisah cinta kau, siapa penulisnya? Allah.
Penulisnya adalah pemilik cerita paling sempurna di muka bumi. Tidakkah
sedikit saja kau mau meyakini bahwa kisah kau pastilah yang terbaik yang
dituliskan.” ― Tere Liye, Rindu
“Tetapi kisah cinta kau, siapa penulisnya? Allah. Penulisnya adalah
pemilik cerita paling sempurna di muka bumi. Tidakkah sedikit saja kau
mau meyakini bahwa kisah kau pastilah yang terbaik yang dituliskan.” ―
Tere Liye, Rindu
salah satu halaman dalam novel RINDU Tere Liye
“Dengan meyakini itu, maka tidak mengapa kalau kau patah hati, tidak mengapa
kalau kau kecewa, atau menangis tergugu karena harapan, keinginan
memiliki, tapi jangan berlebihan. Jangan merusak diri sendiri. Selalu
pahami, cinta yang baik selalu mengajari kau agar menjaga diri. Tidak
melanggar batas, tidak melewati kaidah agama. Karena esok lusa, ada
orang yang mengaku cinta, tapi dia melakukan begitu banyak maksiat,
menginjak-injak semua peraturan dalam agama, menodai cinta itu sendiri.
Cinta itu ibarat bibit tanaman. Jika ia tumbuh di tanah yang subur,
disiram dengan pupuk pemahaman baik, dirawat dengan menjaga diri, maka
tumbuhlah dia menjadi pohon yang berbuah lebat dan lezat. Tapi jika
bibit itu tumbuh di tanah yang kering, disiram dengan racun maksiat,
dirawat dengan niat jelek, maka tumbuhlah ia menjadi pohon meranggas,
berduri, berbuat pahit.” ― Tere Liye, Rindu
“Jika harapan dan keinginan memiliki itu belum tergapai, belum
terwujud, maka teruslah memperbaiki diri sendiri, sibukkan dengan
belajar. Sekali kau bisa mengendalikan harapan dan keinginan memiliki,
maka sebesar apa pun wujud kehilangan, kau akan siap menghadapinya. Jika
pun kau akhirnya tidak memiliki gadis itu, besok lusa kau akan
memperoleh pengganti yang lebih baik.” ― Tere Liye, Rindu
4. Tentang Kesedihan
Allah memberikan apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita
inginkan. Segala sesuatu yang kita anggap buruk, boleh jadi baik untuk
kita. Sebaliknya, segala sesuatu yang kita anggap baik, boleh jadi amat
buruk bagi kita. Mulailah menerima dengan lapang hati. Karena kita mau
menerima atau menolaknya, dia tetap terjadi. Takdir tidak pernah
bertanya apa perasaan kita, apakah kita bahagia, apakah kita tidak suka.
Takdir bahkan basa basi menyapa pun tidak. Tidak peduli, Nah. Kabar
baiknya, karena kita tidak bisa mengendalikannya, bukan berarti kita
jadi makhluk tidak berdaya. Kita tetap bisa mengendalikan diri sendiri
bagaimana menyikapinya. Apakah bersedia menerimanya, atau
mendustakannya.” ― Tere Liye, Rindu
“Lahir dan mati adalah takdir Allah. Kita tidak mampu
mengetahuinya. Pun tiada kekuatan bisa menebaknya. Kita tidak bisa
memilih orangtua, tanggal, tempat…Tidak bisa. Itu hak mutlak Allah. Kita
tidak bisa menunda, atau memajukannya walau sedetik.”― Tere Liye, Rindu
“Biarkanlah waktu mengobati seluruh kesedihan. Ketika kita tidka tahu
mau melakukan apa lagi, ketika kita merasa semua sudah hilang, musnah,
habis sudah, maka itulah saatnya untuk membiarkan waktu menjadi obat
terbaik. Hari demi hari akan menghapus selembar demi selembar kesedihan.
Minggu demi minggu akan melepas sepapan demi sepapan kegelisahan,
bulan, tahun, maka rontok sudahlah bangunan kesedihan di dalam hati.
Biarkanlah waktu mengobatinya, maka semoga kita mulai lapang hati
menerimanya. Sambil terus mengisi hari-hari dengan baik dan positif.” ―
Tere Liye, Rindu
Cover Belakang Novel RINDU Tere Liye
“Lahir dan mati adalah takdir Allah. Kita tidak mampu
mengetahuinya. Pun tiada kekuatan bisa menebaknya. Kita tidak bisa
memilih orangtua, tanggal, tempat…Tidak bisa. Itu hak mutlak Allah. Kita
tidak bisa menunda, atau memajukannya walau sedetik.” ― Tere Liye,
Rindu
“Biarkanlah waktu mengobati seluruh kesedihan. Ketika kita tidka tahu
mau melakukan apa lagi, ketika kita merasa semua sudah hilang, musnah,
habis sudah, maka itulah saatnya untuk membiarkan waktu menjadi obat
terbaik. Hari demi hari akan menghapus selembar demi selembar kesedihan.
Minggu demi minggu akan melepas sepapan demi sepapan kegelisahan,
bulan, tahun, maka rontok sudahlah bangunan kesedihan di dalam hati.
Biarkanlah waktu mengobatinya, maka semoga kita mulai lapang hati
menerimanya. Sambil terus mengisi hari-hari dengan baik dan positif.” ―
Tere Liye, Rindu
5. Tentang Penghianatan
“Karena Allah menjanjikan barang siapa yang menutup aib saudaranya,
maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Itu janji yang
hebat sekali. Kalaupun ada saudara kita yang tetap membahasnya,
mengungkitnya, kita tidak perlu berkecil hati. Abaikan saja. Dia
melakukan itu karena ilmunya dangkal. Doakan saja semoga besok lusa dia
paham.” ― Tere Liye, Rindu
“Saat kita memutuskan memaafkan seseorang, itu bukan
persoalan apakah orang itu salah, dan kita benar. Apakah orang itu
memang jahat atau aniaya, bukan! Kita memutuskan memaafkan seseorang
karena kita berhak atas kedamaian di dalam hati.” ― Tere Liye, Rindu
6. Tentang Kehilangan
“Tidak mengapa kalau kau patah hati, tidak mengapa kalau kau kecewa,
atau menangis tergugu karena harapan, keinginan memiliki, tapi jangan
berlebihan. Jangan merusak diri sendiri. Selalu pahami, cinta yang baik
selalu mengajari kau agar menjaga diri. Tidak melanggar batas, tidak
melewati kaidah agama. Karena esok lusa, ada orang yang mengaku cinta,
tapi dia melakukan begitu banyak maksiat, menginjak-injak semua
peraturan dalam agama, menodai cinta itu sendiri.”
― Tere Liye, Rindu
“Kita keliru sekali jika lari dari sebuah kenyataan hidup.
Sungguh, kalau kau berusaha lari dari kenyataan itu, kau hanya
menyulitkan diri sendiri. Ketahuilah semakin keras kau berlari, maka
semakin kuat cengkeramannya. Semakin kencang kau berteriak melawan, maka
semakin kencang pula gemanya memantul, memantul, dan memantul memenuhi
kepala.”
“Tidak selalu orang lari dari sesuatu karena
ketakutan atau ancaman. Kita juga bisa pergi karena kebencian,
kesedihan, ataupun karena harapan.” ― Tere Liye, Rindu
Di bagaian akhir dari novel perjalanan ini, bagi kalian yang mudah
nangis,,,nih aq kasih saran aja biar siap siap sedia tissue aja deh,,
hehehe.
Selamat membaca ^_^